Latest Updates
Rabu, 27 Agustus 2014
Posted By:
Unknown
Beberapa budaya yang ada dan yang paling terkenal di pulau nias yaitu :
1. LOMPAT BATU
Lompat batu (hombo batu) merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi ini telah dilakukan sejak lama dan diwariskan turun temurun oleh masyarakat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari).
Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman para leluhur ,di mana pada jaman dahulu mereka sering berperang antar suku sehingga mereka melatih diri mereka agar kuat dan mampu menembus benteng lawan yang konon cukup tinggi untuk dilompati.
Seiring berkembangnya jaman, tradisi ini turut berubah fungsinya. Karena jaman sekarang mereka sudah tidak berperang lagi maka tradisi lompat batu digunakan bukan untuk perang lagi melainkan untuk ritual dan juga sebagai simbol budaya orang Nias. Tradisi lompat batu adalah ritus budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum. Para pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani apabila dapat melompati sebuah tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang tinggi tersebut.
Sampai sekarang tradisi ini tetap eksis di tengah budaya moderen yang semakin menghimpit. Semoga saja kita dapat melestarikan budaya ini agar menjadi kebanggaan tersendiri untuk bangsa kita.
2.TARI PERANG
Warga yang berkumpul di depan Homo Sebua atau rumah Raja mengenakan pakaian warna warni. Tubuh mereka dihiasi berbagai atribut, menambah kesan seram yang akan membuat jeri lawan mereka. Tangan kanan memegang tombak atau parang sementara tangan kiri memegang perisai untuk menangkis serangan musuh.
Hentakan kaki nan dinamis mengiringi lagu perang penuh semangat. Terus menari sambil mengayun parang serta tombak.
Gerakan maju mundur sambil meneriakan yel-yel bertujuan memancing musuh agar maju menyerang. Kemudian dilanjutkan dengan membentuk formasi melingkar untuk mengepung musuh yang telah terpancing maju. Setelah musuh masuk terkepung maka kesatria-kesatria Nias ini pun dengan mudah melumpuhkan musuh mereka.
1. LOMPAT BATU
Lompat batu (hombo batu) merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi ini telah dilakukan sejak lama dan diwariskan turun temurun oleh masyarakat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari).
Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman para leluhur ,di mana pada jaman dahulu mereka sering berperang antar suku sehingga mereka melatih diri mereka agar kuat dan mampu menembus benteng lawan yang konon cukup tinggi untuk dilompati.
Seiring berkembangnya jaman, tradisi ini turut berubah fungsinya. Karena jaman sekarang mereka sudah tidak berperang lagi maka tradisi lompat batu digunakan bukan untuk perang lagi melainkan untuk ritual dan juga sebagai simbol budaya orang Nias. Tradisi lompat batu adalah ritus budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum. Para pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani apabila dapat melompati sebuah tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang tinggi tersebut.
Sampai sekarang tradisi ini tetap eksis di tengah budaya moderen yang semakin menghimpit. Semoga saja kita dapat melestarikan budaya ini agar menjadi kebanggaan tersendiri untuk bangsa kita.
2.TARI PERANG
Warga yang berkumpul di depan Homo Sebua atau rumah Raja mengenakan pakaian warna warni. Tubuh mereka dihiasi berbagai atribut, menambah kesan seram yang akan membuat jeri lawan mereka. Tangan kanan memegang tombak atau parang sementara tangan kiri memegang perisai untuk menangkis serangan musuh.
Hentakan kaki nan dinamis mengiringi lagu perang penuh semangat. Terus menari sambil mengayun parang serta tombak.
Gerakan maju mundur sambil meneriakan yel-yel bertujuan memancing musuh agar maju menyerang. Kemudian dilanjutkan dengan membentuk formasi melingkar untuk mengepung musuh yang telah terpancing maju. Setelah musuh masuk terkepung maka kesatria-kesatria Nias ini pun dengan mudah melumpuhkan musuh mereka.
Posted By:
Unknown
Apakah Zega Nias
Zega Nias dapat dijelaskan sebagai berikut:
Zega adalah nama salah seorang generasi "ZEBUA" dari keturunan "HO" di P. Nias.
"Zega" adalah generasi ke 17 (tujuh belas) dari "HO". "Zega" telah dinobatkan menjadi seorang Raza menurut Adat Nias dengan gelar "ZEGA ANA'A", sehingga semua keturunannya sampai sekarang bermarga ZEGA.
Nias adalah nama sebuah pulau yang terletak di sebelah Barat P. Sumatera yang termasuk dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 5 wilayah kabupaten/Kota sbb: 1). Kabupaten Nias Utara, 2). Kabupaten Nias Barat, 3). Kabupaten Nias, 4). Kabupaten Nias Selatan dan 5). Kota Gunungsitoli.
Zega memiliki 5 orang anak laki-laki sbb:
1. Alito Luo (Leluhur Zega, bermukim di Awa'ai ori Zowu; Desa Hilimbosi Kec. Sitolu Ori - Nias Utara).
2. Lawolo Luo (Leluhur Zega, bermukim di Tetehosi Afia dan sekitar - Gunungsitoli Utara).
3. Aramba (Leluhur Zega, bermukim di mulai dari To'i - Ori Bogali - Ori Hili Ndruria/Maziaya - Nias Utara).
4. Ba'u Sebua (Leluhur Zega, bermukim di Nazalou Lolowua - Wilayah Gunungsitoli Alo'oa).
5. Idano Luo (Leluhur Zega, Bermukim di H.Ndrao/Uluzimogi menyebar ke Ononamolo-Sanawuyu-Hiliweto termasuk Wilayah Kec.Sitolu Ori dan Namohalu Esiwa, sebagian pindahan dari Ononamolo-Bogotou ke Ononamolo-II Wilayah Gunungsitoli Barat dan disana mereka memakai marga leluhur dari Zega yakni "ZEBUA".
Zega memiliki bermacam ilmu (tips) yang diwariskan/diajarkan secara turun temurun dan salah satu pewarisnya adalah penulis sendiri sebagai generasi ke 15 dari "Zega Ana'a". Warisan dimaksud bukan hanya milik penulis, walau secara khusus milik marga Zega atau orang Nias; namun pembaca juga dapat memilikinya karena penulis percaya bahwa Ilmu atau Pengetahuan semuanya berasal dari Allah.
Posted By:
Unknown
Asal Usul Marga di Daerah Nias
Ketika kita berbicara tentang asal usul tentang sesuatu marga, suku maupun peradaban, tentu akan banyak perbedaan persepsi dan pendapat yang akan muncul. Begitu pula dengan bahasan pada artikel kali ini. Asal usul Marga Nias memiliki banyak versi. Baik itu versi sejarah geografis, hingga versi legenda atau cerita leluhur pada masa dulu. Menyikapi masalah ini, penulis mencoba mempersempit sudut pandang tentang dasar penulisan artikel ini. Cerita dibawah ini diambil dari versi legenda atau cerita rakyat yang banyak ditulis di buku-buku sejarah Nias. Selamat membaca.
Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’a. pohon kehidupan itu berbuah dua buah yang kemudian dierami oleh seekor laba-laba. Lalu lahirlah sepasang dewa dari buah tersebut bernamaTuhamora’anggi Tuhamoraana’a (berjenis kelamin laki-laki) dan Burutiraoangi Burutiraoana’a(berjenis kelamin perempuan). Kedua Dewa ini kemudian menjadi penghuni langit berlapis Sembilan tersebut.
Teteholi Ana’a adalah nama lapis langit yang terdekat ke bumi. Salah satu keturunan Dewa tersebut bernama Sirao Uwu Zihono atau nama lain Sirao Uwu Zato mendiami langit lapis pertama atau yang paling dekat ke bumi. Sirao ini beristri 3 dan masing – masing istrinya melahirkan 3 anak sehingga total anak Sirao ini ada 9 orang.
Konon, kesembilan anak Sirao ini berselisih memperebutkan tahta penguasa lapis pertama untuk menggantikan ayahnya yang sudah tua. Untuk mengatasi permasalahan itu, Sirao Uwu Zihono melakukan sayembara ketangkasan menari di atas mata Sembilan tombak. Sayembara ini dimenangkan oleh si bungsu, Luo Mewona. Dengan demikian, Luo Mewona menjadi penguasa langit lapis pertama.
Kedelapan abangnya yang kalah beserta seorang anak dari Luo Mewona diturunkan ke Bumi yaitu keTano Niha (Tanah Nias) atas kehendak mereka sendiri. Lima dari Sembilan orang tersebut mendarat dengan selamat di bumi dan keempat lainnya mendarat tidak sempurna. Mereka yang mendarat selamat ialah :
1. Hiawalangi Sinada (Hia) turun di Boronadu, kecamatan Gumo dan menjadi leluhur dari margaTelaumbanua, Gulo, Mendofa dan Harefa.
2. Gozo Hela-Hela mendarat di Barat Laut Hilimaziaya, Nias Utara, kecamatan Lahewa sekarang dan menjadi leluhur dari marga : Baeha, Wuruwu, Zendrato dan Lase.
3. Daeli Bagambolangi (Daeli) turun di Tolamera, negeri Idanoi adalah yang menjadi leluhur marga – marga Daeli, Larosa, Zai, dan Hulu.
4. Hulu Borndano (putra sulung Luo Mewona) turun di Laehuwa, Nias Barat Laut dan menjadi leluhur dari marga-marga : Ndruru, Bu’uolo dan Hulu.
5. Silogu (putra sulung Luo Mewona) turun di Nias Timur dan menjadi leluhur dari marga-marga Zebua, Bawo dan Zega.
Empat putra Sirao yang turun tidak wajar adalah :
1. Bauadano Hia karena badannya yang terlalu berat turun ke Tano Niha menembus ke dalam Bumi dan menjelma menjadi ular yang dikenal dengan sebutan Da’o Zanaya Tano Sisagoro (si penadah bumi). Konon jika di bumi terjadi perang dan darah manusia merembes ke bumi, Da’o Zanaya akan sangat marah dan mengguncang bumi dari bawah hingga menimbulkan gempa. Untuk menghentikan gempa bumi itu, orang Nias akan berteriak “BihaTua !” artinya : Sudahlah Nenek, kami tidak akan berperang lagi
2. Gozo Tuhazangarofa ketika turun di bumi tercebur ke sugai dan menjelma menjadi dewa sungai penguasa segala kehidupan di air. Karena itu bila nelayan hendak mencari ikan di sungai atau laut terlebih dahulu mereka berdoa keada Dewa Sungai tersebut.
3. Lakindrolai Sitambalina ketika turun di bumi tertiup oleh angin kencang dan tersangkut di pohon. Dia menjelma menjadi roh penunggu hutan bernama Bela Hogugeu. Karena itu kaum pemburu selalu lebih dahulu menyembah dewa hutan ini sebelum berburu ke hutan.
4. Sofuso Kara mendarat di bukit bebatuan di daerah Laraga sekarang. Sofuso Kara kemudian menjadi leluhur orang – orang berilmu kebal. Demikianlah legenda tersebut dikisahkan. Namun seperti kebanyakan mitos, tentunya terdapat banyak versi lain dari kisah ini. Kalau dilihat dari sejarahnya sendiri, sebenarnya Siraouwu Zihono yang diklaim sebagai Dewa adalah seorang perantau yang datang dari daerah Burma (Thailand). Ia adalah orang pertama yang bermukim di pulau Nias.
Langganan:
Postingan (Atom)